Mengatasi Bullying di Sekolah, Sebuah Perjuangan Sosial yang Berharga

  1. Home
  2. Uncategorized
  3. Article detail
Mengatasi Bullying di Sekolah, Sebuah Perjuangan Sosial yang Berharga

Mengatasi Bullying di Sekolah, Sebuah Perjuangan Sosial yang Berharga
Pada bulan Maret 2024, saya bersama tim memulai sebuah proyek sosial yang bertujuan untuk mengatasi isu bullying di sekolah. Proyek ini kami laksanakan di sebuah sekolah dasar swasta di Jakarta Timur. Sambutan dari pihak sekolah sangat baik, mulai dari kepala sekolah hingga guru-guru yang menyediakan fasilitas dan ruang khusus untuk kami berdiskusi dan melaksanakan berbagai aktivitas.
Proyek ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam kepada para murid mengenai bahaya bullying serta menanamkan nilai-nilai positif dalam pergaulan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami merancang empat program utama:
1. Penyampaian Materi tentang Bullying: Memberikan edukasi mendalam tentang definisi, bentuk, dan dampak bullying.
2. Game “Choose Your Opinion”: Permainan yang menguji pemahaman individu murid mengenai perbedaan antara tindakan yang baik dan buruk.
3. Game “No, Go, Tell”: Permainan kelompok yang terdiri dari empat sub-game yang mengajarkan tindakan tepat saat menghadapi situasi bullying.
4. Secret Box: Kotak rahasia tempat murid bisa menuliskan aduan atau pengalaman terkait bullying secara anonim atau terbuka.
Selama dua bulan, kami melaksanakan program-program ini dan di akhir proyek, kami mengadakan post-test untuk mengevaluasi pemahaman murid tentang bullying.
Menemukan Kasus Bullying di Sekolah
Selama proyek berlangsung, kami menemukan indikasi kasus bullying di salah satu kelas. Melalui Secret Box, kami menerima beberapa tulisan yang mengungkapkan bahwa ada seorang murid yang dijauhi dan tidak ditemani oleh teman sekelasnya. Observasi kami selama game “No, Go, Tell” juga menunjukkan adanya ketidaksukaan beberapa murid terhadap anak tersebut.
Kami segera melaporkan temuan ini kepada guru BK sekolah. Ternyata, guru BK sudah mengetahui bahwa murid ini dijauhi karena dianggap menyebalkan dan suka mencari perhatian. Hal ini juga tercermin dalam hasil post-test di mana 9 dari 25 anak di kelas tersebut menyatakan bahwa orang yang menyebalkan pantas dijauhi dan dibully.
Yang paling mengejutkan, salah satu dari 9 anak yang menyetujui tindakan bullying tersebut adalah anak yang menjadi korban. Ia menjawab dengan baik dan rinci mengenai bullying dalam soal-soal lainnya, namun tetap berpendapat bahwa orang yang menyebalkan pantas dibully. Anak ini tampaknya sudah memahami konsep bullying, dampaknya bagi korban dan pelaku, serta tindakan yang seharusnya diambil saat menghadapi bullying. Namun, pemahaman ini tidak dapat menghapus rasa dendam yang telah tumbuh akibat perlakuan teman-teman sekelasnya.
Refleksi dan Harapan
Pengalaman ini membuat kami sangat sedih dan prihatin. Kami memahami bahwa salah satu dampak negatif bullying adalah tumbuhnya perasaan dendam pada korban. Kasus ini membuktikan bahwa meskipun korban sudah memahami konsekuensi bullying, rasa dendam yang mereka rasakan masih bisa sangat kuat.
Melalui tulisan ini, saya berharap pembaca dapat lebih peduli terhadap kasus bullying di sekitar mereka, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di berbagai tempat. Bullying adalah masalah serius yang memiliki dampak jangka panjang bagi korban maupun pelakunya. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang, bebas dari bullying dan segala bentuk kekerasan.

Leave Your Comment