
Desa Maron merupakan salah satu desa wisata yang terletak di Kecamatan Garung,
Kabupaten Wonosobo dengan luas wilayah ± 2,77 km2 dan berada pada ketinggian 1300
mdpl. Seperti desa wisata di Kabupaten Wonosobo lainnya, keindahan alam Desa Maron
mampu menarik banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah. Namun, yang
membedakan Desa Wisata Maron dengan desa wisata lainnya di Kabupaten Wonosobo, yakni
Desa Wisata Maron tidak hanya menonjolkan keindahan alam saja. Dalam hal ini Desa
Wisata Maron melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap masyarakat penyandang
disabilitas, terutama Tuna Grahita melalui inovasi pembuatan Batik Ciprat.
Program pelatihan pembuatan batik ciprat di Desa Maron dimulai sejak tahun 2018
yang dilatarbelakangi oleh tingginya angka penyandang disabilitas di Kabupaten Wonosobo.
Tujuan dari program tersebut adalah memberikan kesempatan kerja dan keterlibatan sosial
bagi masyarakat penyandang disabilitas agar mereka dapat memiliki penghasilan mandiri.
Selain itu, agar mereka merasa dihargai keberadaannya sebagai bagian penting dari
masyarakat. Dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah Desa Maron yang
berkolaborasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo, Dinas Sosial Temanggung, KSM
Tali Asih, serta komunitas lokal di Desa Maron (Winarni, dkk., 2021).
Sesuai dengan namanya, pembuatan batik ciprat ini sangatlah sederhana dengan cara
mencipratkan larutan malam pada kain putih. Cipratan-cipratan tersebut terbentuk
menggunakan tangan, sendok, kuas, dan lidi yang hasilnya berupa motif yang abstrak. Bahan
yang digunakan pun sama dengan batik pada umumnya, seperti alat pembentang kain dari
pipa PVC, kuas, spon, lilin, pewarna remasol, kain, pengunci warna, kompor, dan panci.
Hingga saat ini jumlah masyarakat penyandang disabilitas yang aktif membuat batik
ciprat sebanyak 10 orang dengan total produksi tiap harinya mencapai 10 lembar kain.
Produk kain batik ciprat yang telah jadi masih dipasarkan ke lingkup Pemda Wonosobo,
Dinas Sosial, dan beberapa kota di sekitarnya. Tidak hanya itu, batik ciprat tersebut juga
pernah dibeli oleh Menparekraf, Sandiaga Uno. Dengan adanya program pemberdayaan
pembuatan batik ciprat, masyarakat penyandang disabilitas di Desa Maron yang dulunya
tidak memiliki kegiatan, kini mereka telah memiliki aktivitas dan penghasilan tambahan.
Desa Wisata Maron menunjukkan bahwa keberhasilan kegiatan wisata tidak hanya
terletak pada keindahan alam saja, melainkan juga pada inklusi masyarakat, terutama
penyandang disabilitas. Melalui pendekatan inovatif, Desa Wisata Maron membuktikan
bahwa pemberdayaan penyandang disabilitas tidak hanya memberi manfaat sosial, tetapi juga
menciptakan peluang baru berupa lapangan kerja yang berkelanjutan.
1 Comment
Widiati Marsuni
9 months agoMenarik nih teman-teman mengenai desa wisata, bisa sambil dibaca ya hasil artikel ku