Kedokteran Nuklir: Pemanfaatan Bahan Radioaktif untuk Kesehatan

  1. Home
  2. Uncategorized
  3. Article detail
Kedokteran Nuklir: Pemanfaatan Bahan Radioaktif untuk Kesehatan

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.

Penyakit kanker terkadang tidak terdeteksi secara langsung ketika sel mulai menunjukan tanda-tanda mutasi. Sehingga seringkali penderita sudah mendapati dirinya memiliki penyakit kanker yang sudah stadium menengah atau tinggi.

Lalu solusi seperti apa yang bisa mengatasi permasalahan seperti ini? Yuk kita mengenal studi kedokteran nuklir.

Apa itu Kedokteran Nuklir
Mungkin beberapa teman-teman ada yang bingung dengan makna kedokteran nuklir? Kedokteran Nuklir cabang kedokteran yang menggunakan zat radioaktif untuk diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit. Teknik ini melibatkan penggunaan bahan radioaktif yang disebut radiofarmaka, yang diberikan kepada pasien melalui suntikan, oral, atau inhalasi. Tujuan dari prinsip ini adalah kita ingin mendapatkan citra organ dari pasien.

Tujuan Pencitraan
Citra organ menyediakan gambaran yang jelas dan detail tentang struktur serta fungsi organ dan jaringan dalam tubuh pasien. Dengan citra, dokter dapat mendiagnosis berbagai kondisi medis, termasuk tumor, cedera, atau penyakit degeneratif. Selain itu, pencitraan medis memungkinkan deteksi dini penyakit, memantau perkembangan penyakit, dan merencanakan pengobatan yang tepat.

Prinsip Sistem Pencitraan
Nah supaya tidak bingung, kita pahami prinsip dasarnya terlebih dahulu. Gimana sih cara kerjanya sistem pencitraan dalam dunia medis. Sistem pencitraan radiasi di dalam dunia medis adalah pemanfaatan fenomena radiasi dan peluruhan karena ionisasi. Prinsip pencitraan radiasi dalam medis dibagi menjadi dua, yaitu secara eksternal dan internal.

Pencitraan eksternal artinya sumber radiasi ditempatkan diluar target (pasien). Secara sederhana, partikel radiasi nantinya akan ditembakan ke tubuh pasien sehingga akan menghasilkan reaksi, x-ray hasil reaksi membawa informasi struktur jaringan, densitas jaringan dan yang lainnya akan ditangkap oleh detektor untuk diukur dan dianalis.

Lalu bagaimana dengan prinsip pencitraan kedokteran nuklir? Prinspi pencitraan yang digunakan adalah dengan prinsip pencitraan internal yaitu dengan menempatkan sumber radiasi di dalam target atau pasien.

Jadi radiofarmaka akan dicampur dengan obat yang berfungsi sebagai pengantar radiofarmaka ke target (radiofarmaka: bahan radioaktif yang berfungsi sebagai obat). Setelah sampai, radiofarmaka akan bereaksi dengan sel kanker atau sel yang mengalami mutasi sehingga akan melepaskan x-ray. Radiasi x-ray yang membawa informasi struktur organ tersebut akan keluar dari tubuh pasien dan ditangkap oleh detektor. Selanjutnya akan dilakukan metode komputasi untuk merekontruksi citra organ.

Mengapa Kedokteran Nuklir?
Citra hasil kedokteran nuklir (citra PET) memiliki kualitas citra dan detail yang lebih jelek dari citra hasil CT scan dan MRI. Lalu mengapa kita tetap menggunakan kedokteran nuklir?

Setiap citra dari modalitas pencitraan memiliki keunggulan masing-masing. Berikut adalah keunggulannya:
Citra MRI
MRI sangat unggul dalam memberikan detail jaringan lunak, seperti otak, sumsum tulang belakang, otot, ligamen, dan organ internal. MRI tidak menggunakan radiasi ionisasi, sehingga lebih aman untuk pemindaian berulang dan bagi pasien tertentu seperti anak-anak dan wanita hamil.

Citra CT
Pemindaian CT dapat dilakukan dengan cepat, sehingga sangat berguna dalam situasi darurat. CT sangat baik dalam memberikan detail anatomi tulang dan dapat dengan jelas menunjukkan fraktur, degenerasi tulang, dan kondisi tulang lainnya.

Citra PET (Nuclear Medicine)
Kedokteran nuklir memberikan informasi tentang fungsi organ dan jaringan, yang sangat berguna untuk mendeteksi perubahan awal dalam aktivitas metabolisme atau aliran darah. Mampu mendeteksi penyakit pada tahap awal sebelum perubahan struktural terjadi, memungkinkan intervensi dini.

Jadi meskipun citra yang dihasilkan oleh kedokteran nuklir (PET) kurang detail dan blur, tetapi memiliki keunggulan dalam memberikan informasi fungsi organ. Sehingga seringkali di dunia medis kita menggunakan teknik kombinasi citra untuk membantu pencitraan lebih baik.

Kombinasi Citra
Teknik kombinasi citra ini adalah pemanfaatan dari masing-masing keunggulan modalitas citra. Misalnya kita bisa menggabungkan citra hasil PET dengan CT menjadi PET/CT atau PET dengan MRI dan kita sebut dengan PET/MRI. Seperti namanya, pemindai PET/MRI memungkinkan dua modalitas berbeda dilakukan pada satu mesin secara bersamaan. Ini berarti bahwa ia menggabungkan kontras jaringan lunak dari pencitraan resonansi magnetik dengan informasi molekuler yang disediakan oleh tomografi emisi positron.

Melakukan tes PET dan MRI secara bersamaan memungkinkan dokter menangkap aktivitas metabolik dan anatomi sekaligus. Ini memberi penilaian penyakit yang lebih akurat dan pemahaman yang lebih baik tentang proses fisiologis. Ketepatan ini sangat penting karena tubuh selalu bergerak, sehingga pemindaian PET dan MRI terpisah bisa menghasilkan gambar yang sedikit berbeda. Dengan pemindaian serentak, gambar-gambar tersebut sepenuhnya selaras, memberikan kualitas dan ketepatan yang luar biasa.

Apakah Kedokteran Nuklir Tidak Berbahaya
Jadi, di dunia kedokteran nuklir, mereka menggunakan bahan-bahan yang bisa ‘bercahaya’ untuk melakukan pemindaian dan pengobatan. Tapi tenang, ini bukan seperti film fiksi ilmiah yang kita tonton, di mana kita khawatir akan menjadi Hulk setelah disinar gamma!

Di kedokteran nuklir, mereka sangat hati-hati dengan dosis radiasi yang diberikan kepada pasien. Ini bukan main-main, teman! Mereka memastikan bahwa dosis yang diberikan tetap di batas aman, yang biasanya jauh di bawah dosis radiasi yang bisa menyebabkan kerusakan.

Untuk memberikan gambaran, biasanya dosis radiasi yang diberikan dalam prosedur kedokteran nuklir jauh di bawah batas dosis yang bisa menyebabkan kerusakan. Misalnya, untuk PET scan, dosis radiasi yang diterima tubuh pasien biasanya sekitar 5-15 mSv (milisievert). Nah, ini jauh di bawah batas dosis radiasi tahunan yang aman untuk masyarakat umum, yang biasanya sekitar 1 mSv per tahun di beberapa negara. Jadi, kita bisa lihat bahwa dosis radiasi yang diberikan dalam kedokteran nuklir biasanya cukup rendah dan aman.

Kesimpulan
Pemanfaatan bidang ini adalah kita dapat mengetahui citra fungsi organ dan mendeteksi penyakit pada tahap awal sebelum perubahan struktural terjadi. Misalnya, PET scan sering digunakan untuk mendeteksi kanker metastatik yang masih kecil dan belum menyebabkan perubahan anatomi yang signifikan. Sehingga kita bisa meminimalisir kasus kanker yang baru ketahuan ketika sudah stadium tinggi. Selain itu Radiofarmaka tertentu dapat menargetkan jenis sel atau jaringan tertentu, memberikan informasi spesifik tentang lokasi dan aktivitas sel-sel kanker, infeksi, atau penyakit lainnya.

Leave Your Comment