Kuliah Kerja Nyata : Jendela Mahasiswa Melihat Kondisi Nyata Masyarakat Indonesia

  1. Home
  2. Achievement
  3. Article detail

Kuliah kerja nyata, merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan mahasiswa. Terlebih lagi semenjak rilisnya film horor dengan judul “ KKN di Desa Penari” yang menjadi perbincangan banyak orang itu, kegiatan KKN bukanlah menjadi kegiatan asing lagi.

Sama hal nya seperti diriku yang saat ini menjalani KKN bersama 19 kawanku dari berbagai fakultas sebagai syarat kelulusan semester ini. Kami tergabung dakam topik kkn “  Peningkatan Nilai Tamah Produk Lokal Melalui Pemberdayaan Wanita Wirausaha di Kawasan Jatigede “. Lokasi KKn ku berada di desa Mekarasih Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang. Berlokasi persis di dekat Waduk Jatigede. Warga Desa Mekarasih ini merupakan orang terkena dampak ( OTD) dari pembagunan Waduk Jatigede.

Di kegiatan KKN ini, aku mengambil peran sebagai divisi ekonomi kreatif. Sebelum terjun ke masyarakat dan mengimplementasikan program kerja, penting bagi setiap divisi melakukan observasi dan perencanaan program. Setiap anggota kelompok menyumbangkan buah pikir mereka untuk kemajuan desa, termasuk pula aku. Sebagai mahasiswa bisnis yang beririsan dengan ekonomi kreatif, selama kehidupan perkuliahan rasanya lekat dengan teori-teori pengembangan bisnis, strategi pengembangan UMKM, dan  mempelajari penyebab stagnansi sebuah usaha. Rasanya kepala penuh dengan teori saja tanpa pernah tau implementasinya. Ku usulkan program kerja yang menurutku sudah sangat ideal dengan apa yang aku pelajari di dalam kelas lalu teman temanku menyetujuinya. Akhirnya sepakat, bahwa kami membagi 4 jenis program kerja

  1. Pembuatan nomor izin berusaha untuk UMKM yang belum memiliki izin usaha apapun
  2. Pembuatan label usaha bagi pelaku UMKM yang sudah memiliki izin usaha ( PIRT, NIB dan halal )
  3. Pembuatan dan pendampingan e-commerce bagi pelaku UMKM dengan skala menengah
  4. Mempromosikan seluruh produk UMKM ke daerah wisata setempat

Aku merasa percaya diri dengan proker yang kami rumuskan karena semua telah disusun dengan matang, terstruktur dan terukur. Terlebih lagi, program kerja tersebut didasari oleh landasan keilmuan yang ada. Setelah mantap merumuskan program kerja yang kami lakukan selanjutnya adalah sosialisasi dan assesment tahap 1 ke masyarakat sekitar. Di sini lah aku tersadar, bahwa kenyataan di lapangan tak semudah dan sesederhana apa yang ada dibayanganku di dalam kelas.

Aku mengunjungi salah satu lokasi produksi keripik peyek di wilayah desa, setelah melalui wawancara dan assesment diketahui bahwa produk tersebut sudah memiliki izin NIB, PIRT dan juga Halal. Sertifikasi halal didapatkan sebab produksi tersebut merupakan UMKM binaan Universitas Padjadaran. Pemasaran produk keripik peyek juga sampai ke pusat wisata, mengikuti bazzar yang diadakan kecamatan dan kerap kali mendapat pesanan dari pihak desa. Label produk  juga telah sesuai standar yang baik. Jika disesuaikan dengan program kerja kami, program yang paling tepat untuk ibu pemilik peyek tersebut adalah pembuatan dan pendampingan e-commerce. Ketika ditawari program tersebut, ibu pemilik usaha peyek menolak dengan beberapa alasan yang intinya adalah Ibu tersebut belum punya keinginan untuk memasarkan produknya ke e-commerce.

 

 

 

Kemudian  tempat kedua, aku mengunjungi petani bakau yang menjual tembakaunya hanya kepada pengepul tanpa diolah karena keterbatasan modal. Tembakau yang mampu menjadi komoditas mahal harus dijual dengan dibawah harga rata-rata karena keterbatasan modal dan pengetahuan.

Kini aku sadar, banyak sekali gap yang ada di masyarakat dengan bidang keilmuan yang ada. Kini aku merasa, Indonesia tidak kekurangan orang cerdas. Namun kekurangan orang yang mau terjun ke lapangan dengan penuh keikhlasan untuk memajukan Indonesia.

 

 

Dari pengalaman tersebut aku sadar, bahwa selama ini mataku terlalu sempit melihat situasi. Nyatanya, masyarakat yang jauh dari perkotaan lebih membutuhkan perhatian dan metode khusus untuk mengembangkan wilayahnya.

Leave Your Comment