Lost Your Self: Sebuah Perjalanan Pribadi Menuju Pemahaman Diri

  1. Home
  2. Achievement
  3. Article detail
Lost Your Self: Sebuah Perjalanan Pribadi Menuju Pemahaman Diri

Saya menuliskan ini dalam keadaan belum mandi, ini adalah malam minggu dengan status single. Awal tahun 2024, bukanya melaju ke tahap serius “tunangan” seperti rencana.. saya memutuskan untuk sekali lagi mengikuti kata hati.

Ini bukan dongeng, tapi kalau pun terdengar seperti dongeng sebelum tidur juga tidak masalah.

Tahun 2016, adalah tahun dimana saya lulus dari SMK N 1 Wonoasri jurusan Teknik Komputer dan Informatika ( Multimedia ), sebuah jurusan yang infonya paling banyak peminat kala itu. Ketika, beberapa teman sekampung saya datang ke rumah untuk melihat hasil rangking di leptop saya, rangking mereka terus bergeser ke bawah. Sementara, dengan penuh percaya diri saya tetap di urutan aman, bahkan sangat aman. Mengingat hasil tes saya cukup baik, dan Ibu serta Bupoh saya telah membawa parcel buah dalam rangka supaya saya diterima di sekolah tersebut. Ini adalah rahasia, tapi sejujurnya.. saya tidak mendapatkan bocoran apapun, tes itu pun di komputer secara online dan hasilnya langsung keluar. Saya juga mendaftar dengan berbekal nilai ujian serta nilai akademis cukup mumpuni. Dulu, saya pernah menjadi murid di kelas RSBI yang kala itu mencoba memasuki standart international, walaupun pada akhirnya kelas tersebut bubar saat saya kelas 3 SMP. Tidak berhasil, tapi saya berhasil memasuki kelas yang hanya dihuni 24 siswa dari ratusan siswa seangkatan, dengan peringkat 2 dari bawah. Sebuah keberuntung yang agak konyol.

Saya sangat percaya diri, tidak mau melanjutkan pendidikan S1 begitu lulus SMK, mungkin terkendala biaya juga. Pikir saya pada saat itu, tiga tahun merasa salah jurusan di SMK, saya tidak tertarik memasuki bidang apapun, tidak ada yang saya suka. Atau lebih tepatnya, saya tidak tahu mau kemana?

Bekerja di pabrik, mungkin jadi satu-satunya tujuan kala itu. Masih saya ingat dengan jelas, saya nekat mau pergi ke Jakarta apapun yang terjadi, saya ikut teman laki-laki yang sebetulnya tidak terlalu saya kenal. Saya ikut tes dari sekolah beda kabupaten, karena pokoknya saya mau merantau ke Jakarta! Titik!

Guru Bimbingan di sekolah tersebut mengatakan kepada saya, “Tinggi kamu kurang 1 cm?”

Saya bilang, “Memangnya kenapa? Gapapa”

Kemudian, ketika tiba di Boyolali, saya bertemu teman-teman baru, bahkan masih saling berteman di instgram sampai saat ini. Teman saya, Hamid, melihat saya dari jauh. Dia laki-laki dan sudah lolos persyaratan tinggi badan, sementara katanya saya terlihat cukup pendek diantara para perempuan yang sungguh memenuhi ruangan tersebut. Tapi, entah bagaimana bisa.. tinggi saya menjadi 160 cm, menahan nafas coba saya lakukan.

Beberapa bulan kemudian, teman saya telah berangkat dan bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta, tepatnya di Astra. Dan saya, tidak kunjung dipanggil. Saya tetap menunggu, karena katanya saya sudah lolos. Sampai saya melamar SPG, tapi terlalu jujur dan ditolak karena saya tidak suka produk pasta gigi tersebut. Well, saya akhirnya mengiyakan tawaran untuk bekerja dibawa oleh Om saya. Di sebuah pabrik, tapi bukan di Jakarta. Satu tahun, saya menganggur, hidup pindah-pindah seperti main-main, dari momong keponakan saya yang hiperaktif sampai saya lupa sudah ngapain saja selama itu.

Tahun 2017, saya sudah terlanjur menerima tawaran sebagai admin di perusahaan pengolahan hasil laut. Disaat ternyata ada sebuah panggilan ke kota Jakarta, kota impian saya kala itu. Tetap, saya mengawali pekerjaan sebagai admin pada bulan Agustus 2017, bulan-bulan awal lumayan berat. Saya kira, setelah lulus SMK, saya tidak akan lagi dipenuhi pikiran pemograman, html, atau design yang membuat stress. Saya keliru, saya belajar dari 0 lagi, mengenal program SAP, Exel, sampai membuat laporan-laporan yang katanya sudah basi, tapi saya sajikan. Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali saya mau resign dan bahkan om saya bilang, kalau tidak sanggup.. bekerja saja di produksi. Menyentuh produk secara langsung.

Kadang-kadang, saya tidak punya kerjaan, mungkin karena tidak ada yang benar jadi setiap ada telpon bunyi, lekas saya menjawabnya. Lalu, memberikannya pada para senior karena mereka memiliki kebiasaan membiarkan telpon-telpon terus berdering, dan baru akan menjawab setelah nada akan berakhir.

Terjadi pengurangan karyawan, mereka yang tidak mampu dikembalikan ke produksi. Sementara saya, seperti tinggal menunggu waktu. Sampai kemudian, HRD dan atasan saya datang. Mengatakan, bahwa saya akan dipindahkan ke bagian resepsionis. Adalah hal, yang kemudian menjadi bullyan para senior saya kala itu, saya tidak sakit hari, karena sejujurnya tidak memahmi situasi tersebut. Sampai Om saya tiba-tiba datang dengan senyum sumringah, memanggil saya ke ruang meeting. Katanya, kerja bagus!

Dalam hati saya, “Apanya yang bagus? Hampir setiap hari saya kena omelan.. tapi saya bertahan!”

Om saya yang menjelaskan pada saya, bahwa saya dipindahkan ke posisi yang kala itu kosong oleh Plant Manager, yang sejak saya mendengar suaranya di telpon, tanpa beliau memperkenalkan diri, saya tahu bahwa itu Plant Manager kami. Hanya sementara, itu katanya. Sementara, Om saya bilang, dalam 2 tahun setidaknya saya akan jadi pegawai tetap. Saya masih tidak mengerti, saya sangat polos kala itu.

Tahun demi tahun berlalu, para pegawai silih berganti, beberapa kali juga saya menyambut dan mengatarkan mereka para jobseeker dari berbagian universitas ternama. Pertama kali melihat CV mereka, dan membandingkan dengan CV saya yang sangat sederhana. Saya tahu betapa kami berbeda. Setiap berapa bulan sekali, pasti saya mengatakan ingin resign, tapi tidak kunjung terlaksana. Saya baru merasa kesepian, setelah teman-teman seperjuangan saya mulai membuat keputusan baru di hidup mereka.

Tahun 2022, setelah pandemi, setelah keadaan mulai normal, saya memutuskan melanjutkan kuliah mengambil Sastra Inggris, tapi tidak benar-benar dengan tujuan yang jelas. Saya tidak tahu apa itu carir path? Bahkan skill saya, saya tidak benar-benar tahu. Saya merasa stuck, tidak tahu harus melakukan apalagi?

Ketika, tahun 2023 bulan Juni, saya memutuskan resign. Atasan saya terkejut, saya mungkin adalah pegawai yang tidak terprediksi akan mengundurkan diri. Hampir setiap tahun ada efektifitas pegawai, tapi posisi resepsionis yang saya pegang, tidak pernah ada menyentuh apalagi mengusik. Bulan terakhir saya sebelum resign, adalah hari-hari yang paling sibuk. Telpon terus berdering bahkan ketika saya akan istirahat. Mereka semua orang lama dan orang baru, rekan kerja saya dari berbagai departemen. Tidak ada yang percaya, dan menyayangkan keputusan saya resign, ketika mereka melihat bahwa posisi saya sudah sangat nyaman tapi malah dilepas dengan alasan yang tidak jelas. Atasan saya meminta untuk mempertimbangkan ulang, bahkan ketika saya tetap kekeh mau resign dan mencari pekerjaan baru, lalu saya gagal, atasan saya tetap bilang, “Tidak papa, tetep disini”. Tapi, saya tetap dengan keputusan saya. Resign dan tidak tahu harus kemana? Selain pulang ke rumah.

Saya benar-benar hopeless di usia 25 tahun, seharusnya saya menikah kalau sesuai rencana. Saya juga pulang dalam keadaan gagal. Ketika, Plant Manager dan Manager QA bertanya, “Kamu mau kemana?”

Saya kepengen nangis, dan bilang “Saya mau menemukan tujuan hidup saya.”

Lihat? Mereka antara sedih dan miris, dan merasa konyol. Saya tidak peduli apa respon mereka, kalau mereka tertawa, saya ikut tertawa. Kemudian, salah satu atasan yang sudah seperti bapak saya sendiri mengajak saya ke kantornya. Saya menangis, karena saya akahirnya akan pergi. Bapak ini pernah bilang kepada saya, mungkin ketika usia saya 22-23 tahun. Katanya, menikah kalau sudah sampai di titik jenuh. Tapi, saya belum ingin menikah, saya masih takut.

Saat usia 25 tahun, setelah kami melewati karnval dalam satu tim, berbeda dengan beberapa orang yang menyayangkan keputusan saya. Bapak ini melepaskan saya, untuk melakukan apa yang mau saya lakukan. Baginya, yang sudah senior sekali sejak perusahaan tersebut baru berdiri, mengabdi disana. Sebagai perempuan lebih baik saya mengambil keputusan saat itu, daripada semakin terlambat. Saya tidak bisa selamannya disana, saya harus membekali diri saya dengan kemampuan yang akan berguna dimanapun nanti saya berada. Kalau mau berbisnis, ya cobalah, kembalilah seperti anak kecil. Yang mulai berguling, merangkak, jatuh, menangis, kemudian bangkit lagi, jatuh lagi, berjalan sampai kemudian bisa melompat dan berlari kencang.

Pesannya pada saat itu, “Biarkan pikiran saya seperti anak kecil, tapi saat menghadapi suatu masalah gunakan kepala dingin dan bersikaplah sebagian orang dewasa.”

saya pegang itu, sampai saat ini.

Memulai bisnis tidak semudah yang saya bayangkan, entah saya yang belum juga berani mencoba, atau memang tidak akan pernah mencoba. Saya melamar sebagai admin di sebuat usaha yang mendukung UMKM, saya melamar posisi admin yang kebetulan kosong, saya pikir mau hidup sederhana saja di desa. Gapapalah, saya pikir begitu. Tetapi, kaka saya bilang, belajarlah disana sebelum memulai usaha sendiri. Bukan sebagai admin, owner menawarkan posisi design grafis dan saya iyakan saja. Saya bisa belajar.

Hidup saya kembali berjalan, kembali melakukan kesalahan, kembali menangis. Saya pikir, saya bisa mencoba sebagai content creator, tapi sampai saat ini waktu saya habis pada design. Ada tantangan tersendiri di bidang design, awalnya para pelanggan kami rata-rata pelaku usaha UMKM dan fokus pada sticker kemasan. Sampai kemudian tik tok sempat ditutup, dan pemasukan anjlok. Beralih ke shopee dan bertahan. Tim saya ada 2 orang, kami membuat project template-template baru, diluar fokus selama ini. Disitu saya stress, benar-benar memalui dari “0” lagi.

Lebih menguras energi lagi, saat mendapatkan klien yang idealis serta pefectsionis. Dari design saya yang alay, font seperti surat cinta, tidak mboist, berantakan, warna jumbur, typo, dan masih banyak lagi. Dari yang sebelumnya, saya cuma mengganti nama brand, menjadi saya memilih warna sendiri, lalu berusaha mewujudkan bayangan dari ider mereka. Sebuah produk water spot removal yang jelas bukan genre porduk saya, dengan request logo ada pedangnya, ada panahnya, lalu request logo penjual ayam potong dengan logo ayam naik motor trail. Adalah hal, yang semakin kesini seperti roller coaster yang saya naiki mulai bergerak kembali.

Kalau dulu, saya berinteraksi secara lamgsung saat melayani klien, kini saya seperti berada dibelakang layar. Pelanggan yang bagi saya sekarang cukup rumit dan rewel, mengingatkan saya pada klien saya dulu. Klien-klien yang diawal rasanya cukup mempersulit hari kerja saya, tetapi ketika mendengar saya akan resign, mereka ternyata juga merasakan kehilangan. Tidak hanya saya. Saya ingat, ketika saya sakit dan mendapatkan kaleng-kaleng susu bearband dari klien saya, supaya saya segera sembuh dan pulih. Sejak hari itu, walaupun ada yang rewel, walaupun disertai gerutuan dari mulut saya yang tanpa sadar.. saya selalu ingatkan kepada diri saya sendiri, bahwa harus profesinoal, bahwa klien yang dulu saya anggap paling tidak mengenakan, menjadi klien yang paling saya tunggu-tunggu kedatangnnya. Walaupun tentu, karakter orang tidak dapat saya ubah, hanya saya menysuaikan.

5 bulan sebagai Design Grafis, saya belajar dari dasar-dasarnya. Saya masih belum tahu pasti, apakah saya akan berhasil disini? Semua masih abu-abu, saya cukup terlambat untuk banyak hal. Karir, pernikahan, kesuksesas, kalau mengikuti standar orang-orang.. mungkin saya cukup terlambat. Tapi, saat saya resign dari pekerjaan yang dimana zona nyaman saya berada, saya berjanji kepada diri saya sendiri. Bahwa, saya memang menyerah dengan pekerjaan saya sebelumnya, saya menerima keadaan saya saat itu, tapi saya tidak mau menyerah kepada diri saya sendiri.

Cerita pengalaman saya sudah hampir selesai, dan saya tidak menuliskan pencapaian apapun dalam bentuk materi atau kenaikan jabatan. Karena memang belum ada sama sekali. Delapan tahun lalu, saat sebagai siswi SMK jurusan Multimedia saya merasa itu bukan lah saya, bukan passion saya. Tapi, hari ini tepat 8 tahun saya kembali menekuni bidang design. Saya mulai menyadari bahwa saya bisa menghiburi diri dengan mendesign, menuangkan isi kepala saya selain menulis dan bercerita.

Saya tidak punya karir path atau tujuan yang jelas sejak saya lulus sekolah, jadi usahakan untuk tidak mengulang cerita saya diatas ya kalian, teman-teman mungkin adik-adik saya. Mentor iru juga penting, pendamping kalian. Tidak semua anak memiliki orangtua yang dapat menjadi mentor atau kompas untuk anak-anaknya, tidak semua dari kita juga selalu dipertemukan dengan moment keberuntungan, hari sial pun tidak ada yang tahu. Yang pasti, menyusun planning adalah hal yang sangat penting. Mencatat adalah hal yang tidak akan pernah disesali. Founder di perusahaan saya dulu, diusinya yang masuk 80 tahun lebih, tetap sehat dan berolahraga lari. Orang lain mungkin berpikir karena uangnya banyak, tidak demkian dengan saya. Founder saya adalah sosok paling konsisten yang pernah saya kenal di dunia nyata. Beliau setiap hari, hingga detik saya akan resign, selalu menuliskan atau mencatata pencapaian kecil dari progres larinya, sekecil apapun itu progresnya, dan segagal apapun itu progresnnya. Tak hanya itu saja, founder saya, adalah sosok yang menunjukkan kepada saya. Bahwa tidak harus selalu melihat jauh ke depan, apa yang ada didepan mata, seperti yang dikatakan juga oleh atasan saya, apa yang ada di depan mata saat ini mari selesaikan.

Beberapa waktu lalu, saya mendapati teman saya ingin mengembangkan bisnisnya, daripada terus memikirkan bisnis toko online yang tidak kunjung buka, saya memutuskan membantu teman saya ini dengan membuatkan logo dan bingkat untuk produknya. Kemudian, kaka saya meminta saya untuk mencetak banner, saya buatkan designnya. Saya melakukanya secara cuma-cuma, saya cuma mau membantu. Saya memang membutuhkan uang, tapi yang saya lakukan kepada mereka karena saya mau membantu. Tapi, kemudian saya terima uang itu. Saksi bahwa ini kali pertama saya menciptakan uang sendiri tanpa modal, dan tanpa ikut orang. Saya juga menemukan, teman lama saya memulai bisnisnya. Saya melihat logo dan menu yang tidak tertata. Saya bilang, saya terganggu dan saya kasihan bukan dengan teman saya, tapi dengan label yang dia pasang. Dia orang ketiga, yang akan saya bantu pada bulan ini, membalas kebaikkan dulu. Hasil design saya masih seperti pemula, masih banyak mengambil elemen dari insternet. Hanya saja, tidak perlu tunggu hebat untuk melakukan hal-hal yang sederhana tapi bermanfaat dan berkmakna untuk orang lain.

Leave Your Comment