Pengabdian Desa Internasional di Malaysia bersama 6 negara lainnya bagaimana tuh rasanya?

  1. Home
  2. Global Networking
  3. Article detail
Pengabdian Desa Internasional di Malaysia bersama 6 negara lainnya bagaimana tuh rasanya?

Di bawah langit biru yang cerah dan sinar matahari yang hangat, Islamic Youth Leadership Convention 2.0 menjadi panggung bagi pengabdian desa internasional yang luar biasa. Universiti Sultan Zainal Abidin di Malaysia menjadi tuan rumah untuk acara tersebut, yang mengumpulkan pemuda-pemudi dari enam negara berbeda: Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Nigeria, India, dan Pakistan. Desa Cheting, Terengganu Malaysia, menjadi saksi bisu dari semangat kebersamaan dan kerja bakti yang mengikat hati para peserta. Acara dimulai dengan sarapan pagi yang lezat, di mana peserta berkumpul untuk merencanakan kegiatan hari itu. Setiap negara membawa keunikan dan warna tersendiri, menciptakan sebuah mozaik kebudayaan yang memukau. Bahasa-bahasa berbaur, dan senyum-senyum ramah menjadi bahasa universal di antara peserta yang bersemangat untuk memulai pengabdian desa.
Bersama-sama, mereka memasuki desa dengan semangat kebersamaan. Tugas pertama adalah membersihkan rumah-rumah warga yang membutuhkan bantuan. Para pemuda dan pemudi dengan penuh semangat membersihkan dan merapikan rumah-rumah yang telah menjadi saksi bisu dari kehidupan sehari-hari penduduk desa. Tidak hanya sekadar membersihkan, tetapi mereka juga memberikan sentuhan keceriaan dengan ornamen-ornamen kecil yang mereka bawa dari negara masing-masing. Setelah merampungkan tugas membersihkan rumah, para peserta beralih ke pemakaman setempat. Meskipun mungkin terdengar tidak biasa, namun inilah bagian penting dari pengabdian desa mereka. Membersihkan dan merawat pemakaman adalah cara untuk menghormati leluhur dan menunjukkan rasa hormat terhadap nilai-nilai budaya setempat. Dalam keheningan pemakaman, suara alat pel, sapu, dan percakapan ramah mengisi udara, menciptakan suasana yang penuh dengan keberkahan.
Acara berlanjut dengan kegiatan memasak bersama, di mana peserta bersatu untuk menciptakan hidangan lezat yang mencerminkan keanekaragaman kuliner dari berbagai negara. Setiap negara menyumbangkan resep-resep tradisional mereka, menciptakan sebuah pesta rasa yang menggoda lidah. Dalam proses ini, mereka tidak hanya saling berbagi resep, tetapi juga kisah-kisah di balik setiap hidangan, menjalin ikatan yang lebih kuat antara satu sama lain. Visitasi budaya menjadi puncak dari serangkaian kegiatan harian. Para peserta berkunjung ke makam pahlawan Tok Gajah, tokoh yang dihormati dalam masyarakat setempat. Mereka mendengarkan dengan penuh penghormatan cerita-cerita tentang keberanian dan kebijaksanaan Tok Gajah, sambil mengenang nilai-nilai kejujuran dan integritas yang dia perjuangkan. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke Batu Bersurat, sebuah situs bersejarah yang mengandung petuah-petuah dari nenek moyang mereka. Pengunjung dari berbagai negara itu berdiri di hadapan batu tersebut, menyatu dalam refleksi tentang pentingnya memahami dan menghormati warisan budaya.

Hari itu diakhiri dengan pengajian bersama di bawah langit malam yang cerah. Suara tilawah dan khotbah menggema diantara pepohonan, menciptakan suasana yang penuh ketenangan dan spiritualitas. Para peserta duduk bersama-sama, merenungkan pengalaman mereka sepanjang hari dan merayakan kebersamaan yang telah mereka bangun. Pengalaman pengabdian desa internasional di Malaysia bersama enam negara lainnya tidak hanya meninggalkan jejak di Desa Cheting, Terengganu, tetapi juga di hati setiap peserta. Mereka tidak hanya membantu membersihkan dan merawat tempat-tempat penting dalam desa, tetapi juga menyatukan keanekaragaman budaya dari seluruh penjuru dunia. Inilah pengalaman yang merubah pandangan mereka tentang kebersamaan, kerja bakti, dan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dalam perjalanan hidup mereka.

Dalam perjalan pulang ke negara masing-masing, peserta membawa pulang kenangan yang tak terlupakan. Mereka membawa pulang cerita-cerita tentang kegembiraan membantu sesama, menjelajahi keindahan budaya baru, dan merasakan kehangatan persahabatan yang baru terbentuk. Mereka membawa pulang pelajaran bahwa kebersamaan lintas batas dan perbedaan adalah kekuatan yang dapat mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik. Pengabdian desa internasional di Malaysia melalui Islamic Youth Leadership Convention 2.0 bukan hanya tentang membersihkan dan merawat tempat-tempat bersejarah, tetapi juga tentang membersihkan dan merawat hati. Hati yang kini terhubung oleh kenangan-kenangan yang indah, pengalaman bersama yang menginspirasi, dan tekad untuk terus menjaga kebersamaan lintas batas.

Leave Your Comment