Persiapan Menikah

  1. Home
  2. Self Development
  3. Article detail

Menikah adalah suatu keputusan besar dan tidak mudah bagi seseorang karena tujuannya yang kompleks yakni untuk menggabungkan dua kehidupan individu menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam perjalanannya, saat menikah nanti individu akan dipenuhi dengan kebahagiaan sekaligus tantangan mengingat menikah adalah komitmen yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari cinta dan kasih sayang hingga kerja sama dan pengertian yang mendalam. Pada kenyataannya, persiapan pernikahan seringkali terfokus pada aspek teknis seperti acara, bridesmaid, gaun, undangan, bahkan lokasi bulan madu. Padahal ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk keintiman dan kesejahteraan jangka panjang kedua individu. Salah satunya adalah persiapan psikologis yang perlu diperhatikan dan akan berpengaruh terhadap kualitas rumah tangga kedepannya nanti. Menurut penelitian dari Itryah & Ananda (2023) salah satu faktor penyebab perceraian yakni situasi ketidaksiapan dalam membangun rumah tangga yang akan mengakibatkan perselisihan dan berujung perceraian. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat berumah tangga, maka diperlukan langkah-langkah persiapan mental ketika akan menikah.

Pertama, langkah awal dan yang paling krusial yakni mengembangkan tingkat pemahaman diri yang mendalam, atau yang biasa disebut sebagai self-awareness. Self-awareness melibatkan pengenalan dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, termasuk kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, harapan, dan tujuan hidup. Melalui self-awareness, seseorang dapat mengidentifikasi aspek-aspek dalam dirinya yang dapat menjadi kontributor positif atau bahkan penghambat dalam hubungan pernikahan. Contohnya, seseorang dengan hati lembut mungkin mudah terluka oleh komentar atau tindakan yang dianggap kasar atau kurang peka. Sensitivitas ini bisa menyebabkan konflik jika tidak dikelola dengan baik. Dengan self-awareness, individu dapat menyadari kecenderungan ini dan berusaha untuk mengkomunikasikan perasaan mereka dengan pasangan secara konstruktif, serta belajar untuk tidak mengambil hal-hal secara pribadi yang mungkin tidak dimaksudkan untuk menyakiti.

Kedua, memperbaiki keterampilan komunikasi. Dalam pernikahan dibutuhkan komunikasi asertif. Temuan dari (Purba & Ruslianty, 2023) menjelaskan bahwa ditemukan dampak positif saat mengimplementasikan komunikasi asertif dalam konflik rumah tangga, dengan komunikasi asertif tidak ada lagi istilah arogan ataupun ingin menang sendiri saat berselisih paham dengan pasangan. Hal ini didukung oleh penelitian dari Obiemeka dkk (2021) yang berkesimpulan bahwa komunikasi asertif mempunyai kontribusi positif terhadap perubahan keharmonisan pernikahan. Komunikasi asertif ini meliputi kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan jujur, serta menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif sangat diperlukan dalam pernikahan. Tanpa komunikasi yang asertif, kesalahpahaman dan ketegangan bisa dengan mudah merusak keharmonisan hubungan. Selain itu, keterampilan komunikasi membantu pasangan untuk saling memahami dan mendukung satu sama lain dalam situasi sulit.

Leave Your Comment