Say No to Hard Selling! Let Me Show You 3 Storytelling Hacks to Boost Your Brand (According to Forbes)

  1. Home
  2. Marketing
  3. Article detail
Say No to Hard Selling! Let Me Show You 3 Storytelling Hacks to Boost Your Brand (According to Forbes)

Hi Instarter friends!

Kenalin nama aku Shinta Rella, seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi dari Universitas Udayana. Aku memiliki passion di bidang marketing communications. Kecintaan ini membawa aku terjun ke dunia TikTok sebagai seorang content creator dengan akun bernama @shintarella.

Lebih dari hanya membuat konten, aku mendapat banyak kesempatan untuk berkolaborasi dengan brand-brand ternama di Indonesia seperti RuangGuru, MySkill, Gramedia, The Originote, GracenGlow, dan masih banyak lagi. Pengalaman ini membuka pengetahuan aku jika banyak brand menginginkan konten yang selaras dengan niche TikTok aku dan dikemas menarik tanpa terkesan “hard selling”

Ternyata strategi ini terbukti jitu! Berkat konten endorse dan campaign yang kreatif dan otentik, brand-brand tersebut mendapatkan banyak views, likes, comments, dan engagement yang fantastis dari hasil content TikTok aku. Kenapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya terletak pada kekuatan storytelling.

Di era digital ini, kebosanan terhadap iklan menjadi momok menakutkan bagi para brand. Data Forbes menunjukkan bahwa di tahun 2022, lebih dari 3 miliar orang terpapar iklan video, dan 80% di antaranya merasa bosan karena iklan tersebut cenderung monoton dan repetitif.

Padahal, menurut Fastcompany, konten advertising yang dikemas dengan storytelling kreatif mampu menjadi memorable dan top of mind bagi audiens.

Sebuah studi oleh Hill Holiday, agen marketing ternama, menguatkan hal ini. 9 dari 10 konsumen menyatakan lebih menyukai iklan berbasis storytelling. Alasannya? Mereka merasa mendapatkan personal touch dan value dari brand.

Fakta menariknya lagi adalah riset dari Exasol yang mengatakan bahwa 93% pemiliki bisnis sepakat jika strategi storytelling lebih efektif menaikan pendapatan atau revenue perusahaan.
Oleh karena itu, promosi tradisional seperti chart, tabel, brosur kini kalah pamor. Storytelling menjadi kunci untuk menaklukkan kebosanan dan menghubungkan brand dengan audiens secara personal.

Maka dari itu, aku akan sharing 3 startegi dari Forbes yang dapat digunakan oleh brand atau para konten kreator untuk memaksimalkan promosi baik itu produk maupun sebuah campaign. Menurut Forbes, act structure storytelling adalah sebuah kerangka kerja untuk membangun cerita yang menarik dan mengikat dalam berbagai format, termasuk film, video, dan iklan. Kerangka ini terdiri dari tiga bagian utama:

1. Setup (Pengantar) : Pada bagian ini, audiens diperkenalkan dengan dunia cerita, karakter utama, dan konflik yang akan mereka hadapi. Tujuannya adalah untuk membangun rasa ingin tahu dan menarik perhatian audiens.
2. Konfrontasi (Perkembangan Cerita): Pada bagian ini, karakter dalam video menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam upaya mereka untuk menyelesaikan konflik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketegangan dan membuat audiens penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
3. Resolusi (Penyelesaian Cerita): Pada bagian ini, konflik utama diselesaikan dan cerita mencapai kesimpulannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemecah masalah dan meninggalkan kesan yang mendalam.

Contoh dari brand besar itu, seperti Kampanye Pantene #RambutCapek #RambutKeCharged yang dibintangi Keanu Agl merupakan salah satu strategi marketing yang menarik perhatian publik di tahun 2022.
1. Setup: Keanu marah- marah dan badmood
2. Confrontation: Keanu ternyata marah-marah karena rambutnya kusut, kering, dan kusam. Jadi rambutnya kelihatan tidak terawat dengan baik. Hal itu membuat Keanu jadi badmood.
3. Resolution: Ada produk Pantene Miracles yang bisa bikin rambut jadi berkilau, halus, dan tertata rapi.

Terakhir, ini tips dari aku buat para content creator dalam menyusun storytelling. Coba ikuti di bawah ini ya!
1. Pahami audiens: Siapa yang ingin kamu jangkau dengan cerita itu? Apa yang mereka sukai ?
2. Buat cerita yang otentik: Ceritakan kisah nyata yang berhubungan dengan audiens kamu.
3. Gunakan visual yang menarik: Gunakan gambar, video, dan audio untuk menghidupkan cerita kamu.
4. Ajukan pertanyaan: Dorong audiens kamu buat berinteraksi dengan cerita kamu dengan mengajukan pertanyaan.
5. Gunakan CTA (Call to Action): Beri tahu audiens kamu apa yang ingin mereka lakukan setelah mereka membaca atau menonton video kamu.

Terima kasih telah mengikuti knowledge sharing aku tentang act structure storytelling atu 3 strategi Forbes untuk meningkatkan brand! Semoga informasi ini bermanfaat bagi kamu ya. Ingat bahwa storytelling adalah salah satu alat yang paling ampuh untuk membangun hubungan yang kuat dengan audiens dan mencapai tujuan marketing di era digital saat ini.

Leave Your Comment